Ahhh…, TUHAN, berapa lama lagi?

Oleh: Hendry Zacharias (Jemaat GPdI Immanuel Ministry Kupang)

Pengkhotbah 3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya

  1. Pendahuluan

Pada tulisan saya sebelumnya ada istilah yang saya sebutkan yaitu budaya instan yang salah satu penyebabnya adalah kemajuan teknologi dimana segala sesuatu dapat diakses dengan mudah. Budaya instan ini dapat membuat kita kehilangan kesabaran menanti waktu Tuhan dalam hidup kita. Sehingga kita sering mengeluarkan pernyataan seperti judul tulisan ini.

Bahasa Yunani kuno mempunyai dua kata untuk “waktu”, chronos dan kairos. Chronos mengacu pada “kronologi” atau “urutan waktu”, sedangkan kairos menandakan “di antara suatu periode waktu”, di mana “periode waktu” yang tak dapat ditentukan didefinisikan sebagai “sesuatu yang khusus” terjadi. Kairos adalah suatu kata Yunani kuno yang berarti “saat yang tepat atau yang benar” (https://id.wikipedia.org/wiki/Kairos)

Dalam Alkitab banyak peristiwa yang menggambarkan tentang berlakunya waktu Tuhan diantaranya: (a) Perjalan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun; (b) Pembuangan bangsa Israel di Babel selama 70 tahun; (c) Peristiwa Daniel di hukum dalam gua singa; (d) Perempuan yang menderita pendarahan selama 12 tahun; dan (e) Peristiwa Lazarus yang mati dan dibangkitkan dan masih banyak lagi peristiwa lainnya yang menggambarkan bagaimana Tuhan bekerja dalam waktu yang sudah ditentukannya.

Pertanyaan besar dari berbagai peristiwa di atas adalah mengapa waktu Tuhan harus begitu lama, bahkan untuk merasakan pertolongan Tuhan terkadang kita sudah habis-habisan, bukankan bangsa Israel tidak perlu menempuh waktu 40 tahun berputar-putar di padang gurun, bukankan Daniel bisa Tuhan selamatkan tanpa harus dibuang ke dalam gua singa, bukankah perempuan yang mengalami pendarahan bisa disembuhkan tanpa harus menunggu 12 tahun, bahkan dalam Markus 5:26 dikatakan bahwa perempuan itu telah berulang-ulang berobat pada tabib, sehingga telah dihabiskan semua yang ada padanya dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terkesan protes kepada Tuhan. Tulisan ini akan mengantar kita memahami tentang waktu Tuhan dari kisah Yesus membangkitkan Lazarus dalam Yohanes 11:1-44

  1. Waktu Tuhan

Yohanes 11:1-44 menulis tentang peristiwa Lazarus yang telah meninggal dan telah dikuburkan selama empat hari dibangkitkan oleh Yesus. Pada ayat 3 diceritakan Maria dan Marta yang merupakan saudara Lazarus mengirim orang untuk menyampaikan kabar tersebut kepada Yesus bahwa Lazarus sakit, tetapi Yesus berkata bahwa penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah (ayat 4). Tentunya jawaban ini pasti disampaikan oleh orang suruhan kepada Maria dan Marta dan pasti menimbulkan kembali harapan bahwa saudara mereka akan sembuh karena Tuhan yang menyatakannya. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya Lazarus bukannya sembuh tetapi meninggal dan dikuburkan (ayat 14). Hal ini tentunya mengakibatkan hilang/berkurangnya iman percaya dari Maria dan Marta serta semua murid-murid kepada Yesus. Mengapa Yesus membiarkan hal itu terjadi, setidaknya ada 3 hal yang bisa kita pelajari tentang waktu Tuhan dari peristiwa ini:

Selalu ada tujuan dalam waktu Tuhan

Yohanes 11:3 menunjukkan dengan jelas bahwa tujuan Tuhan menyatakan sesuatu dalam waktu yang ditentukannya adalah supaya Anak Allah yang adalah Tuhan itu sendiri dimuliakan (ayat 3 ”…, tetapi akan menyatakan kemulian Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”). Terkadang kita salah memahami dalam menunggu waktu Tuhan dalam hidup kita, kita ingin Tuhan segera menjawab dan menyelesaiakan semua persoalan kita menurut waktu kita, akan tetapi mungkin kalau Tuhan menjawab menurut waktu kita bukan Tuhan yang dimuliakan tetapi akan timbul kesombongan rohani yang mengklaim bahwa doa-doa kita lebih didengar oleh Tuhan karena kita lebih rohani dari orang lain, bahkan bisa membuat kita menghakimi bahwa orang lain tidak rohani karena doa-doanya tidak/belum dijawab Tuhan.

Tujuan kedua Tuhan melakukan sesuatu menurut waktu Tuhan adalah supaya kita dapat belajar tentang kuasa Tuhan yang mampu melakukan segala sesuatu (ayat 15 tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. …..). Dua keadaan yang bertolak belakang, saat orang suruhan menyampaikan tentang Lazarus yang sakit Yesus mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak akan membawa kematian tetapi pada kenyataannya Lazarus mati dan telah dikuburkan selama 4 hari. Hal ini tentunya membuat iman dan kepercayaan Maria dan Marta bahkan mungkin para murid dan orang-orang yang mengenal dan mengikuti Yesus dapat terguncang dan berubah. Tetapi Yesus ingin kita belajar percaya lewat berlakunya waktu Tuhan bahwa Tuhan mempunyai kuasa jauh melebihi segala sesuatu yang ada, bahkan kematian pun tidak mampu menghalangi kuasa Tuhan.

Proses belajar percaya akan menentukan kualitas Iman kita kepada Tuhan, kualitas Iman yang berbeda ditunjukkan oleh Maria dan Marta dalam ayat 21. Maka kata Marta kepada Yesus: ”Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” dari penyataan Marta secara sekilas terlihat bahwa ia percaya kepada Yesus bahkan untuk menguatkan pernyataanya Marta melanjutkan pernyataannya pada ayat ke-22. Tetapi Yesus tahu hati yang sebenarnya bahwa Marta menyesalkan bahkan terkesan menyalahkan Yesus karena ketidakhadirannya mengakibatkan Lazarus meninggal. Hal ini terlihat pada ayat 24 dan 27 saat Yesus mengatakan bahwa Lazarus akan bangkit (lihat ayat 23 dan 25).

Respon yang berbeda dilakukan oleh Maria saat bertemu Yesus walaupun dengan pernyataan yang masih sama (ayat 32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya ”Tuhan, sekiranya Engaku ada disini, saudaraku pasti tidak mati”) kalimat yang sama yang diucapkan oleh Marta diucapkan juga oleh Maria tetapi menghasilkan respon yang berbeda dari Yesus (ayat 33-34. Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dengan dia, maka masygullah hati-Nya. Ia terharu dan berkata: ”Dimanakan dia kamu baringkan?”.

Tuhan tidak melihat berapa ribu kata atau doa-doa yang kita sampaikan, atau indahnya rangkaian pengakuan kita akan kekuasaan Tuhan tapi Tuhan melihat Iman yang mau tersungkur dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak dan waktu Tuhan. Iman seperti Maria inilah yang Tuhan inginkan kita dapat dari proses belajar kita selama menanti waktu Tuhan dalam berbagai persoalan kita.

Tuhan tidak pernah gagal

Berlakunya waktu Tuhan ingin menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan tidak pernah gagal dan kehendak Tuhan atas waktu-Nya tidak pernah digagalkan seberapa lama atau cepatnya waktu atau oleh keadaan apapun. Yohanes 11:6-7 menggambarkan bahwa Yesus memang sengaja untuk tinggal lebih lama sampai Lazarus meninggal untuk mewujudkan tujuan pertama seperti yang telah disampaikan pada bagian a. Juga Yesus ingin menunjukkan kepada para murid bahwa jika telah tiba waktu Tuhan tidak ada satu hal pun yang mampu menggagalkannya. Pada ayat 8 saat Yesus mengatakan untuk kembali ke Yudea (ayat 7). para murid mencoba menghalangi Yesus dengan berkata ”Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” bahkan pada ayat 16 Tomas yang disebut Didimus mengucapkan kata-kata putus asa ”Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia”.

Rencana Tuhan tidak pernah gagal dalam hidup kita, rencana Tuhan selalu terlaksana tepat pada waktu Tuhan tetapi rencana Tuhan membutuhkan respon dan sikap kita untuk menerimanya. Yohanes 11:9-10 Yesus mengajarkan bagaimana kita harus merespon atau bersikap dalam menanti waktu Tuhan berlaku dalam hidup kita yaitu tetap berjalan dalam kebenaran dan terang Allah. Karena selalu ada waktu terang dan waktu gelap dalam satu hari.

Membuat orang percaya kepada Yesus

Pelajaran ketiga yang bisa kita ambil dari peristiwa Lazarus dibangkitkan adalah waktu Tuhan ditetapkan agar semua orang yang melihat dan mendengar menjadi percaya kepada Yesus. Hal ini terkait dengan tugas dan tanggungjawab kita menjadi saksi yang hidup untuk memperkenalkan dan membuat orang percaya kepada Yesus.

Pada ayat 39 ketika Yesus menyuruh orang untuk mengangkat batu yang menutupi kubur Lazarus, Marta masih membantah dengan alasan bahwa Lazarus sudah meninggal 4 hari dan sudah berbau. Yesus sampai harus menegur Marta dengan sangat keras (ayat 40 Jawab Yesus: ”Bukankah sudah Kukatakan kepada mu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”). Bagaimana kita bisa membuat orang percaya kalau kita sendiri tidak percaya akan adanya kuasa Tuhan lewat penggenapan waktu-Nya. Waktu Tuhan tentunya akan digenapi pada saat kita benar-benar percaya bahwa penggenapan waktu Tuhan terhadap berbagai persoalan kita bukan karena kuat dan hebat kita tetapi karena kuasa dari Tuhan sendiri. Dan dengan kepercayaan itu kita dapat memberikan kesaksian bahwa semua yang kita alami dan semua jawaban-jawaban doa bukan karena kita tetapi karena Tuhan berkenan untuk hal itu.

Ayat 41 dan 42 dengan jelas menyatakan bahwa bahkan Yesus saja harus mengatakan ”Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu karena Engkau telah mendengar Aku” supaya semua orang yang hadir pada saat itu termasuk Maria, Marta, para murid dan orang-orang Yahudi percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Allah dan diutus oleh Allah (ayat 42)

  1. Simpulan

Waktu Tuhan adalah saat yang tepat atau yang benar (kairos) karena Tuhan tidak pernah gagal dalam segala rencana-rencananya. Tuhan hanya menuntut kesadaran kita bahwa selalu ada tujuan dalam setiap penggenapan waktu Tuhan yaitu supaya Tuhan dimuliakan dan penantian akan waktu Tuhan membuat kita belajar menumbuhkan iman kepada Tuhan. Waktu Tuhan juga mengajarkan kepada kita bahwa segala rencana Tuhan tidak pernah gagal, namun tetap kembali kepada sikap kita dalam menanti dan menerima waktu Tuhan dan yang terkahir pemenuhan waktu Tuhan harus menjadi kesaksian yang membawa banyak orang percaya akan kuasa Tuhan yang melebihi segala sesuatu.  1 Petrus 5:6-7 (6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. (7) Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya. sebab Ia yang memelihara kamu

 

Tuhan tidak terlalu lambat atau terlalu cepat memberikan pertolongannya, tetapi percayalah selalu ada maksud Tuhan yang baik dalam pemenuhan waktu Tuhan.

Inserted Photo: Bpk Hendry Zakharias & Ibu

Bagikan postingan ini
× Hubungi Kami