Waktu Tuhan

Oleh: Ps. Choi Il Gyu (Missionaris Korea Selatan)

Diterjemahkan oleh: Pdt. Dr. David S. Latupeirissa

Ayat Pokok: Kisah Para Rasul 1:7

Pendeta John, yang telah melayani dengan saya selama lebih dari 20 tahun, meninggal karena kanker (tiga tahun lalu), dan setahun kemudian, istrinya, Pdt. Lenni, meninggal pada tanggal 8 Juli. Mereka masuk ke dalam pelukan Tuhan. Saat menonton pemakaman Ibu Lenny melalui siaran langsung di Facebook, saya mendengar kata ‘Waktu Tuhan‘ di antara lirik pujian yang dinyanyikan oleh para pelayat. Saya mencarinya dan menemukan bahwa itu adalah sebuah pujian dengan judul ‘Waktu Tuhan’. Di Indonesia, ada sekitar 20 juta umat Kristen. Itu sebabnya, banyak lagu-lagu Injil yang bagus, yang diciptakan Umat Tuhan. Entah mengenai lagu ini, namun lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi gospel Indonesia ini dikenal luas hingga tercatat sekitar 20 juta views. Terjemahan literal liriknya adalah sebagai berikut:

… Bila Kau ijinkan sesuatu terjadi

Ku percaya semua untuk kebaikanku

Bila nanti telah tiba waktu-Mu

Ku percaya kuasa-Mu

Memulihkan hidupku

… Waktu Tuhan pasti yang terbaik

Walau kadang tak mudah dimengerti

Lewati cobaan, kutetap percaya

Waktu Tuhan pasti yang terbaik

 

Pendeta John telah tinggal di rumah kontrakan selama beberapa waktu (Sebelumnya, hidupnya didedikasikan penuh di Sekolah Alkitab). Sebelum beliau meninggal, beliau membeli rumah kumuh seperti gudang, merenovasinya, dan tidak lama setelah pindah, dia meninggal dunia. Dia juga memperoleh pinjaman bank untuk membeli tanah demi pembangunan gereja, dan tiba-tiba, sebelum gereja dibangun, dia pulang ke pelukan Tuhan.

Meskipun saya tidak dapat memahami kematian Pendeta John, saya percaya bahwa Tuhan memanggil Pendeta John pulang pada waktu yang terbaik, untuk kebaikannya. Saya percaya Tuhan memanggil istrinya, Ny. Leny, ke rumah Bapa Surgawi pada waktu yang terbaik untuknya. Namun, putra sulung Pendeta John, Pendeta David, harus memikul banyak beban dan tanggung jawab pada saat yang bersamaan, seperti menggembalakan Gereja Immanuel, merawat kakak laki-lakinya yang tidak sehat, memperhatikan saudari perempuannya, dan juga melaksanakan pembangunan gereja. Dia menjadi anak sekaligus ayah. Bayangkanlah, Ayahnya berpulang ke Surga, dan ibunya ikut berpulang ke surga dalam waktu satu tahun kemudian dia memikul banyak beban dan tanggung jawab.

Latar belakang ayat hari ini adalah mengenai kisah Yesus yang hidup di bumi selama 40 hari setelah kebangkitanNya. Ayat ini menggambarkan pembicaraannya dengan murid-muridnya sesaat sebelum DIA naik ke surga.

Ini adalah percakapan antara murid-murid dengan Yesus. Yesus memanggil para rasul dan berkata kepada mereka, “Jangan meninggalkan Yerusalem, tetapi tunggulah janji Bapa yang telah kamu dengar dari Aku.”

Roh Kudus mengatakan bahwa Dia akan bekerja, namun para rasul mengatakan kepada Yesus untuk tidak meninggalkan Yerusalem. Yesus berkata, ‘Tunggulah apa yang Bapa janjikan.’ Mendengar perkataan tersebut, muridnya salah paham. Mereka berpikir bahwa Yesus sedang berusaha membebaskan Israel dari kekuasaan kolonial Romawi, sehingga muridnya bertanya, “Tuhan, maukah Engkau saat ini (Kronos) memulihkan kerajaan Israel?” Terhadap hal ini, Yesus menjawab, “Kamu tidak perlu mengetahui masa (kronos) dan waktu (kairos), yang telah ditetapkan Bapa dengan Kuasa-Nya sendiri.” Untuk lebih memahami percakapan antara Yesus dan para rasul, pertama-tama, mari kita perhatikan konsep waktu dalam Bahasa dan budaya Yunani Kuno. Untuk menyatakan kata ‘waktu’ Orang Yunani kuno menggunakan istilah KRONOS dan KAIROS.

Kronos mengacu pada waktu yang senantiasa berjalan atau mengalir seperti sungai; seperti Januari, Februari, Maret, atau tahun 1970 1971, 1980, 1990.

Kairos mengacu pada moment tertentu dalam perjalanan waktu (masa). Hal ini mengacu pada waktu ketika peristiwa tertentu terjadi dalam waktu Kronos (misalnya ada peristiwa khusus di tahun 2021). Kairos Ini mengacu pada hari meninggalnya istri Pdt John, hari ulang tahun saya, hari terjadinya kasus virus corona yang paling banyak dikonfirmasi, dll. Meskipun tidak muncul dalam dialog antara para rasul dan Yesus, namun hal ini sesuai dengan ‘waktu’ yang disebutkan Yesus dalam Injil Yohanes.

Yang ketiga, konsep waktu dalam Bahasa Yunani adalah Hora. Kata ‘hora’ banyak muncul di Alkitab. Hora,  secara harfiah, berarti ‘jangka waktu tertentu seperti tahun, bulan, dan hari’. Hora ini memiliki arti dan makna ‘waktu yang tepat’. Artinya ‘jangka waktu tertentu atau waktu yang tepat untuk sesuatu’.

Nah, jika kita melihat kembali percakapan antara para rasul dan Yesus, pertanyaan para rasul, “Tuhan, maukah Engkau pada saat ini (kronos) mengembalikan kerajaan kepada Israel?” Hal ini diartikan sebagai berikut. Apakah pada saat ini (kronos) ketika kita berkumpul di hadapan Tuhan hari ini, Tuhan memulihkan bangsa Israel (peristiwa Kairos terjadi)? Terhadap hal ini, Yesus menjawab, “Bukan urusanmu menghadapi masa (Kronos) dan waktu (kairos), yang telah Bapa tempatkan dalam kuasa-Nya.” Yang penting dari apa yang Yesus katakan di sini adalah ‘Bapa telah mengatur Kronos dan Kairos dengan kuasa/ otoritasNya sendiri, dan itulah sebabnya kamu (para rasul) tidak perlu mencari tahu.

Sayangnya, bukankah orang-orang di dunia, bahkan umat Kristiani, mendatangi peramal dan menanyakan kapan (chronos) dan apa yang akan terjadi (kairos)? Meski nanti usaha mereka akan sia-sia?

Apa yang terjadi pada kita adalah karena Allah Bapa telah menentukan masa (kronos) dan waktu (kairos) melalui otoritas-Nya sendiri. Bahkan kita tidak dapat memahami apa yang terjadi pada waktu Tuhan. Tuhan mengetahui dan melihat segalanya, namun kita hanya melihat kenyataan yang ada dihadapan kita.

  1. Kita tidak dapat memahami apa yang terjadi pada waktu Tuhan.

Tuhan menampakkan diri kepada Abram yang berusia 99 tahun dan mengubah namanya menjadi Abraham, serta mengatakan bahwa ia akan menjadi ‘bapak segala bangsa’ dan membuat perjanjianNya. Dia juga mengubah nama istrinya, Sara, menjadi Sarai, dengan mengatakan bahwa dia akan menjadi ‘ibu dari banyak bangsa. Ketika Sara mendengarnya, dia tertawa dan berkata dalam hati, “Bagaimana mungkin orang yang berumur 100 tahun bisa melahirkan seorang anak? Bagaimana mungkin Sarah bisa melahirkan seorang anak padahal umurnya sudah 90 tahun?”

Abraham melangkah lebih jauh dan berkata kepada Tuhan, “Kami sudah tua dan tidak dapat mempunyai anak, jadi kami ingin Ismail diakui di hadapan Tuhan.” Dari kejadian ini, kita bisa melihat Artinya, bahkan Abraham, bapak orang beriman, tidak memahami apa yang terjadi pada waktu Tuhan.

Malam sebelum Yakub bertemu dengan kakaknya, Esau, ia bergumul dengan malaikat di tepi sungai Yabok. Malaikat tersebut memukul sendi paha Yakub hingga menyebabkan Yakub tidak dapat berjalan dengan baik dan tertatih-tatih/ pincang. Yakub tidak mengerti malam itu, mengapa malaikat mematahkan sendi pahanya dan menyebabkan dia pincang. Itu suatu peristiwa yang terjadi di waktu Tuhan. Namun, ketika Yakub pergi menemui kakak laki-lakinya Esau, lalu kakak laki-lakinya Esau melihat Yakub berjalan pincang, kakak laki-lakinya, Esau merasa kasihan pada Yakub, dan mereka saling berpelukan dan menangis. Kepincangan Yakub menyelamatkan nyawanya.

Yusuf memimpikan matahari, bulan, dan bintang sujud kepadanya. Namun yang terjadi pada Yusuf adalah ia dibuang ke dalam lubang yang tidak ada airnya dan dijual sebagai budak di Mesir. Dia pikir hidupnya akan berakhir sebagai budak, tapi Tuhan membantunya di rumah Potifar dan semuanya berjalan baik, sampai dia dituduh secara palsu dan dipenjarakan tanpa kejahatan.

Saat itu, Yusuf belum mengerti apa yang terjadi pada dirinya sesuai waktu Tuhan. Namun, Yusuf, yang kemudian menjadi perdana menteri Mesir, memahami mengapa hal ini terjadi padanya, dan mengatakan kepada saudara-saudaranya: “Janganlah kamu merasa sedih dan marah terhadap dirimu sendiri, karena kamu menjual aku ke sini; sebab Allahlah yang mengutus aku mendahului kamu untuk memelihara kehidupan. Jadi bukan kamu yang mengutus aku ke sini, melainkan Allah.” (Kejadian 45:5-8) .

Karena Allah Bapa menentukan masa (chronos) dan waktu (kairos) dengan otoritasNya sendiri, maka kita tidak dapat memahami apa yang terjadi pada waktu Tuhan. Namun, satu hal yang pasti: apa yang terjadi pada waktu Tuhan pada akhirnya membawa kebaikan bagi kita.

 

  1. Apa yang terjadi pada waktu Tuhan adalah demi kebaikan kita.

 

Seperti yang kita lihat sebelumnya, jika Yusuf hanya mengenakan pakaian bagus berwarna-warni di rumah ayahnya, bagaimana dia bisa menjadi perdana menteri Mesir, menyelamatkan ayah dan saudara-saudaranya dari kelaparan 7 tahun yang terjadi pada saat itu, dan menyelamatkan banyak negara? Bagaimana bisa 12 anak Yakub menjadi bangsa yang besar di Mesir? Fakta bahwa Yusuf dijual sebagai budak di Mesir pada akhirnya membawa kebaikan bagi Yusuf.

Ketiga sahabat Daniel dilempar ke dalam tungku api karena menolak sujud pada patung emas yang dibuat oleh Raja Nebukadnezar. Akhirnya, mereka dilempar ke dalam api yang tujuh kali lebih panas dari biasanya. Namun, ketika mereka keluar, tidak ada sehelai rambut pun di kepala mereka yang terbakar, dan pakaian mereka juga tidak terbakar. Raja Nebukadnezar kemudian mengeluarkan dekrit yang mengatakan, “Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa mana pun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian (Daniel 3:29)”. Selanjutnya, raja semakin meninggikan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego di wilayah Babilonia. Ketiga teman Daniel tidak dapat memahami apa yang terjadi pada waktu Tuhan, namun hal ini pada akhirnya menguntungkan ketiga orang tersebut.

Dalam Kisah Para Rasul 9, seorang murid perempuan bernama Tabitha yang tinggal di Yope muncul. Wanita ini adalah melakukan banyak amal dan saleh. Namun, bukannya diberkati dan menjadi lebih sehat, Tabhita malah jatuh sakit dan mati. Tabitha, sebelum dia meninggal, mungkin bertanya: mengapa ini terjadi padaku, yang telah banyak melakukan perbuatan baik dan amal? Anda juga mungkin bertanya-tanya. Kematian Tabitha pasti menjadi berita yang sangat shock bagi para jemaat gereja Joppa. Tabitha, yang banyak berbuat baik dan beramal, sedang sekarat. Jadi mereka memanggil Petrus. Ketika Petrus tiba Yoppa dan mencapai ruang atas tempat Tabitha sudah mati, dan semua janda mendatangi Peter.

Berdiri di samping mereka, sambil menangis, mereka menunjukkan semua pakaian yang dibuat Tabitha untuk mereka saat dia masih hidup. Petrus ada ketika Yesus menghidupkan kembali anak Yairus, pemimpin sinagoga, dan Petrus mendengar apa yang Yesus katakan saat itu. Yesus berkata ‘Talitakum’. Talitakum artinya, “anakku, bangunlah.” Sekarang Petrus memerintahkan, “Tabitha kum” (Tabitha, bangunlah!) dan Tabitha pun hidup kembali. Meskipun Tabitha tidak dapat memahami peristiwa yang terjadi di waktu Tuhan, Pada akhirnya, dengan dia bangkit dari kematian, Tabitha tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri sebagai akibat dari apa yang terjadi di waktu Tuhan, tetapi juga membuka pintu penginjilan yang membawa banyak orang di Yope kepada Tuhan dan membantu komunitas gereja melalui perbuatan baik dan amal. Kejadian ini memiliki peran yang besar dalam memimpin masyarakat Yope kepada Yesus.

Paulus dan Silas mengusir setan dari seorang gadis yang kerasukan setan. Gadis itu adalah peramal di Filipi, kota pertama di Makedonia. Pemilik budak perempuan ini menuduh Paulus dan Silas, dan mereka akhirnya dipukuli dengan kejam dan dipenjarakan di penjara Filipi.

Mereka mengusir setan dari seorang gadis yang kerasukan setan dan memulihkan hidupnya. Mereka melakukan perbuatan baik, tetapi yang terjadi pada mereka, di waktu Tuhan, adalah mereka dituduh, dipukuli, dan dijebloskan ke dalam penjara. Meskipun demikian, mereka berdoa dan menyanyikan lagu pujian penyembahan di tengah malam, dan tahanan lain mendengarkan doa serta pujian mereka. Kemudian terjadilah gempa bumi yang hebat, dan semua pintu terbuka. Ikatan yang mengikat mereka terlepas semuanya. Pada akhirnya, karena kejadian ini, penjaga penjara di Filipi beserta semua keluarganya percaya kepada Yesus. Injil yang ingin mereka sebarkan di Filipi menjadi lebih masyur ketika mereka dipukuli dan dipenjarakan. Mereka memberitakan Injil dan mendapatkan hasil yang luar biasa, yaitu menyelamatkan seluruh keluarga tahanan. Mungkin banyak tahanan juga menerima Yesus.

Kesimpulan

Sejauh ini kita telah melihat bahwa apa yang terjadi pada waktu Tuhan, meskipun kita tidak dapat memahaminya, adalah demi kebaikan kita. Pengkhotbah 3:1 mengatakan, ‘Untuk segala sesuatu ada masanya (kronos), untuk apapun di bawah langit, ada waktunya (kairos),’ dan dilanjutkan di ayat 2 sampai 8, Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut  yang ditanam; 3:3 ada waktu untuk membunuh,  ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri,  ada waktu untuk berbicara; 3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai..’  Ini semua merujuk pada masa ‘Kairos’. Seperti yang kita lihat sebelumnya, Tuhan berkata bahwa Kronos dan Kairos ditentukan oleh otoritas-Nya sendiri, jadi tidak ada yang bisa mengetahui waktu tersebut. Lalu bagaimana seharusnya kita hidup dalam waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan?

Pertama, kita harus mengakui bahwa Tuhan telah menetapkan waktuNya sendiri.

Ketika Esau dan Yakub berada dalam kandungan Ribka, Tuhan menyatakan bahwa yang tua akan melayani yang lebih muda. Namun, Yakub, seorang penipu, menggunakan kekuatannya sendiri untuk memajukan waktu Tuhan dan menipu ayahnya, yang buta, dan menerima berkat. Akibatnya Yakub sangat menderita. Mertua Yakub, Laban, sepuluh kali menipu Yakub, dan meskipun mata Yakub normal, ia ditipu anak-anaknya dengan memberi tahu Yakub bahwa Yusuf (anak kesayangannya) sudah mati.

Di sisi lain, mari belajar dari Tuhan Yesus. Kita dapat melihat melalui Firman Tuhan Yesus bahwa Tuhan Yesus adalah orang yang mengakui dan menghormati bahwa Allah Bapa punya waktu yang tepat, lebih dari siapa pun.

-Saatku belum tiba (Yohanes 2:4)

-Waktuku belum tiba (Yohanes 7:6)

-Saatnya telah tiba bagi Anak Manusia untuk dimuliakan (Yohanes 7:23)

-Bapa, waktunya telah tiba (Yohanes 17:1)

Semua waktu yang Yesus bicarakan di sini adalah ‘hora’ (waktu yang tepat). Seperti terlihat di atas, Yesus tahu persis bahwa waktunya belum tiba dan bilamana waktunya telah tiba. Dan ketika waktunya belum tiba, Dia menunggu dan bersabar sampai waktunya tiba. Pada saatnya, Dia tidak ragu-ragu dan mengambil tindakan dalam misi yang telah dipercayakan Bapa kepadanya. Daripada bermegah karena memiliki jam tangan mewah Swiss yang mahal, sebaiknya kita umat Kristiani berdoa kepada Tuhan memohon hikmah untuk membedakan kapan waktu Tuhan yang belum tiba dan kapan waktu Tuhan telah tiba bagi kita.

Kejadian 1:1 menyatakan, ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.’ Di sini, permulaan memiliki makna sementara, dan langit serta bumi memiliki makna spasial. Tuhan adalah Pribadi yang maha kuasa yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, namun kenyataan bahwa Dia menciptakan ruang dan waktu bagi manusia dan menciptakan manusia serta memberikan gambaran bahwa Tuhan akan memasuki ruang dan waktu.

Kenyataannya, dalam Perjanjian Lama, Tuhan mengatakan bahwa Dia menggunakan waktu dan ruang. Dalam Perjanjian Baru, yaitu di Galatia 4:4, Rasul Paulus berkata, ‘Ketika waktunya (Kronos) sudah genap, ‘Allah mengutus Anak-Nya (peristiwa Kairos). Dengan kata lain, alasan mengapa Juru Selamat datang ke dunia adalah bukan hanya karena Ia memasuki sejarah manusia kapan saja sesuai dengan kehendak Tuhan. Lihatlah, kata ‘waktu’ dalam ‘ketika waktunya telah tiba (tepat)’ menyatakan bawa Tuhan memasuki sejarah manusia ketika waktu historis yang ditetapkan oleh Tuhan telah tiba, seperti halnya bulan sabit menjadi bulan purnama.

Secara politis, sudah tiba waktunya bagi Roma untuk menyatukan wilayah Mediterania, menghilangkan batas-batas negara, dan agar Injil segera menyebar ke berbagai wilayah melalui jaringan jalan raya Romawi. Kitab Perjanjian Baru akhirnya ditulis ke dalam bahasa Yunani tanpa interpretasi atau terjemahan. Waktunya telah tiba untuk ditulis dan disebarluaskan di wilayah ini. Secara agama, bangsa Israel merindukan suara seorang nabi karena tidak ada suara nabi selama 400 tahun antara tahun Perjanjian Lama dan Baru. Pada saat itu, tidak ada seorang pun, bahkan para murid, yang dapat memahami dengan baik kedatangan Yesus, yang terjadi pada waktu Tuhan, namun pada akhirnya, kita tahu bahwa semua itu terjadi demi kebaikan kita dan keselamatan seluruh umat manusia.

Ketika tahun baru tiba pada tanggal 1 Januari 2019, siapa sangka virus corona akan menyebar dari Tiongkok pada bulan Desember dan seluruh dunia akan berada dalam kekacauan seperti itu? Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada waktu Tuhan. Tapi saya percaya, apa yang terjadi pada waktu Tuhan pada akhirnya, adalah demi kebaikan kita.

Saya sangat percaya bahwa Tuhan menentukan dan mengatur waktu Kronos dan Kairos di bawah otoritas-Nya. Bahkan saat ini, masih banyak orang yang takut dengan virus corona, menderita setelah mendapat vaksin, dan sekarat karena virus corona. Namun, firman Tuhan berkata, ” Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.” (Matius 10:29).

Waktu Tuhan ini menunjukkan bahwa Tuhan secara langsung mengendalikan, tidak hanya waktu Horah saja tetapi juga segala sesuatu yang terjadi pada waktu itu. Oleh karena itu, ketika kita yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi pada waktu Tuhan adalah untuk kebaikan kita, maka kita tidak akan takut pada apa pun di dunia. Haleluya.

Bagikan postingan ini
× Hubungi Kami